Karya : Milla
Huddami
Masa putih biru adalah masa yang menyenangkan karena saat itu
anak-anak sudah mulai menginjak masa remajanya . Berkenalan dengan teman-teman
baru dan pelajaran-pelajaran yang baru dan mulai mengerti mengenai ketertarikan
terhadap lawan jenis . Aku melewati masa SMP-Ku dengan bahagia , pada awalnya .
Karena sesuatu terjadi saat aku naik ke-kelas 3 . Dimana saat itu aku menemukan
cinta pertamaku , sesuatu yang aku pikir akan sangat menarik karena ini adalah
cinta pertamaku . bukankah cinta pertama adalah hal yang tidak akan pernah
dilupakan.
Dia Nizar , adik kelasku yang sama
sekali tidak aku kenal sebelumnya karena aku hanya mengetahui naman-Nya. Kami
belum pernah bertegur sapa atau apapun.
Pertemuan kami terjadi saat masa perkemahan , itu adalah perkemahan
terakhirku di SMP . Pria dengan kulit kecoklatan dan mata yang sedikit menyipit
serta bulu mata yang cantik menurutku.
Suasana malam itu benar-benar sunyi
dan sepi bagiku. Semua peserta perkemahan berkumpul mengelilingi api unggun
termasuk aku . Aku duduk sendirian dan paling depan , malam yang dihiasi bintang dengan api indah
didepanku membuat suasana malam itu sangat berbeda . Ditambah ada salah satu
siswi yang menyanyikan sebuah lagu ballad membuat siapapun yang mendengarnya
akan terlarut dalam perasaan itu , perasaan kesedihan dari seseorang yang
ditinggalkan kekasihnya.
Begitupun aku , terlalu menghayati hingga bulir-bulir air mata itu jatuh membelah
kedua pipiku. Aku semakin terisak tat kala sang penyanyi mulai memasuki bagian
reff nya. Aku yakin siswa-siswi lain pun sibuk dengan urusan mereka
masing-masing dan tidak akan
memperhatikanku . kecuali dia , pria disebrang sana yang ternyata adalah Nizar
. dia terus memperhatikanku , diapun duduk memisahkan diri dari yang lainnya
sama sepertiku. Aku pikir aku sangat menyedihkan karena pandangan matanya terus
menatap iba padaku.
Entah sebuah kebetulan ataukah
memang takdir, setelah acara api unggun itu selesai dia menghampiriku “kenapa
tadi menangis?” dengan air mata yang mulai mengering aku mencoba menarik sudut
kedua bibirku dan menunjukan senyuman termanisku kepada pria yang berstatus
sebagai adik kelasku “lagunya sangat sedih , lagu tahun 90-an memang
benar-benar hebat dan sangat menyentuh” jawabku . dia hanya tersenyum dan
berlalu dari hadapanku setelah salah satu temannya mengajaknya kembali ke tenda.
Mulai saat itu kami jadi sangat
dekat terlebih dia yang memiliki nomor handphoneku , kami sering mengirim pesan
dan membicarakan sesuatu yang menarik tidak ada habis-habisnya topik
pembicaraan yang kami bahas. Hingga sat itu dia mengirim pesan yang sedikit
membuatku terkejut , pasalnya aku baru mengetahui kalau ia memiliki kekasih
“aku baru diputuskan oleh kekasihku” “benarkah? Aku tidak tahu kau memiliki
kekasih. Kau pasti sangat sedih” “tidak , aku sama sekali tidak sedih . dia
yang menginginkan hubungan ini berakhir jadi aku meng-iyakan saja . lagi pula aku
sepertinya menyukai orang lain” “siapa?” “dia adalah wanita yang sedang membaca
pesan ini” .
5 November adalah tanggal dimana aku
mendapatkan cinta pertamaku , 5 November adalah tanggal yang tidak akan aku
lupakan karena aku menyayangi orang yang mencintaiku. Sebuah perasaan yang
sangat nyaman , namun mereka mengatakan jika cinta masa SMP hanyalah cinta
monyet yang suatu saat nanti akan berakhir. Benarkah itu ? atau itu hanya
sebuah Mitos ?
Nizar adalah sosok pria yang berbeda
, dia tidak banyak bicara didepan orang lain . umurnya satu tahun lebih muda
dariku tetapi pemikirannya lebih dewasa dariku. Dia pria yang
tidak banyak menuntut dan aku menyukai priaku yang pintar ini. Nizar
adalah salah satu siswa pintar dikelasnya , itu adalah salah satu kebanggaan
bagiku terlebih saat nilai bahasa inggrisnya paling besar diantara siswa-siswi
setingkatnya. Terkadang dia juga selalu membantuku mengerjakan PR dan ia
menjadi salah satu penyemangatku untuk semakin giat belajar . Aku ingin Nizar
pun bangga memiliki wanita sepertiku.
Semester 1 berakhir setelah
pengambilan rapot kami memutuskan untuk bertemu dan memberitahu peringkat
masing-masing. “Nizar , kamu dapat peringkat berapa?”
Dia
menutup rapat rapot-Nya dan tidak ingin memberitahuku peringkat yang ia dapat.
Namun aku terus memaksanya hingga akhirnya dia mengalah “aku peringkat 4”
mendengar itu aku tertawa mengejeknya “bagaimana bisa peringkat 4? Lihat
sekarang aku dapat peringkat 1” dia sepertinya terkagum-kagum mendengar
ucapanku , akan kupastikan aku tidak akan membuat mu malu Nizar . “benarkah?
Wah , selamatyah. Karena kamu dapat peringkat 1 aku akan membelikan apapun yang
kamu mau” “apapun?” aku kembali meyakinkan diriku . benarkah Nizar akan
memberikanku apapun yang aku mau?
Belum
sempat aku menjawab pertanyaan-Nya dia kembali berbicara “sebenarnya aku ingin
membelikanmu Boneka Doraemon yang besar saat kemarin aku lewat didepan toko
boneka, bukankah kau menyukai kartun itu” “kamu akan membelikanku itu?”
“ingin-Nya , tapi aku harus menabung dulu . jadi tunggu yah” .
Kelas 3 SMP untuk pertama kalinya
aku mendapatkan peringkat teratas . Aku akan senang jika Nizar ingin
memberikanku hadiah , tapi jika itu sesuatu yang tidak terlalu penting aku juga
mengkhawatirkan keuangannya. Uang jajan-Nya tidak begitu besar namun dia selalu
membaginya denganku. Karena akupun
tinggal diasrama terkadang saat uang jajanku habis Nizar selalu mengtraktir ku
. Nomor Handphonekupun selalu terisi pulsa darinya.Aku sempat menolaknya namun
dia bilang tidak apa-apa karena aku kekasihnya. “Nizar , aku tidak mau boneka ,
aku mau biskuit coklat” “biskuit coklat?” “iya , belikan aku biskuit itu sekarang
sebagai hadiah untukku” “kamu yakin” “yakin” “oke , apapun untuk mila”
Aku merasa bahwa Nizar adalah sosok
pria baik yang dikirimkan tuhan untukku. Dia selalu bersikap sabar dan mengalah
bahkan dia rela melawan dinginnya malam hanya untuk menelponku. Dia terpaksa
menyamakan kartu Nomor handphone nya agar bisa menelponku sepuasnya , hanya
saja kartu itu sangat susah akan signal dirumahnya. Itu sebabnya setiap malam
dia akan berada didepan teras rumahnya.
Malam itu adalah malam jumat dan hujam gerimis , lampu
padam dan meyala lagi Nizar ketakutan tapi dia tidak akan memutus telponnya
sebelum aku yang menyuruhnya menutup telpon dan kembali kedalam rumahnya. Niat
untuk menguji pengorbanannya terbesit di otakku. Kami berbicara lewat telpon
hingga larut malam. Sebenarnya aku selalu meninggalkannya tidur saat kami masih
telponan.
Keesokan hari nya
saat disekolah aku mendengar kabar bahwa Nizar sakit , dengan perasaan khawatir
aku menghampiri kelasnya. Bisa kulihat Nizar yang duduk dibangkunya dan
menatapku datar , wajahnya pucat “ kamu sakit apa?” tanyaku sembari meraba
dahinya . Panas , itu yang aku rasakan saat telapak tanganku menempel didahinya
“cuman demam” “cuman demam? Sudah tahu demam kenapa masih tetap sekolah?” aku
sedikit meninggikan suaraku bisa-bisanya dia mengatakan ‘cuman demam’ dengan
sangat santai “kalau aku tidak sekolah kakak
kelasku yang bernama mila tidak akan bisa melihatku” jelas pipiku memerah saat
dia mengatakan itu , aku pikir Nizar sedang menggodaku agar aku tidak
memarahinya.
14 Februari hari Valentain tiba tak
terasa hubungan kami sudah menginjak bulan ke-3 . Valentain atau tidak sebenarnya
itu tidak penting namun Nizar ingin bertemu denganku , tetapi karena jadwal
latihan Marching Band ku semakin padat karena sudah mendekati H-7 untuk
Perlombaan aku tidak sempat pergi untuk menemuinya apalagi jika mengingat aku
memiliki peran penting di pergu-C aku tidak mungkin meninggalkan latihan ini.
Setelah latihan selesai aku pergi ke-kelasku untuk membawa tasku , aku
memasukan beberapa buku-ku yang ada diatas meja kedalam tas namun saat aku
membuka tasku disana ada sebuah coklat. Aku tersenyum menatap coklat itu aku yakin
itu adalah coklat dari Nizar , mungkin dia ingin bertemu denganku untuk
memberiku coklat.
Setelah perlombaan Marching Band ku
dilaksanakan kami bersyukur karena kami mendapatkan penghargaan dengan Solo
Kwartom terbaik . kami semua memutuskan untuk menghabiskan week end ke kolam
renang . ini berlaku bagi siapapun yang ingin ikut , tidak membatasi apakah dia
anak Marching Band atau bukan . Termasuk Nizar , dia bukanlah anggota Marching
Band dan diapun ikut berpartisipasi dalam acara ini.
Sebenarnya aku sangat benci jika harus
pergi kekolam renang . untuk apa orang yang tidak bisa berenang pergi kesana?
“Percuma aku kesini” keluhku , Nizar yang mendengar keluhanku mengeryitkan
dahinya “kenapa percuma?” “aku kan gak bisa berenang!” dengan sedikit tertawa
Nizar berdiri dan menggenggam tanganku “Ayo , aku ajarin” namun aku melepaskan
genggamannya “tidak usah , nanti kalau aku tenggelam gimana? Kalau aku mati
gimana?” “berlebihan sekali , kan ada aku . kalau kamu kesusahan aku akan
mengajarinya dengan perlahan aku pastikan kamu baik-baik saja” . mendengar
penuturannya akupun memberanikan diriku untuk masuk kedalam kolam renang yang
cukup dangkal hanya sebatas pinggangku. Namun nihil , sekeras apapun dia
mengajariku berenang aku tetap saja tidak bisa berenang.
“sudah kubilang , aku memang tidak
berbakat!” aku kembali merajuk karen ini benar-benar memuakkan “bisa ko jika
terus berlatih” . aku menghela nafasku berat dan tiba-tiba aku melihat ke
kerumunan orang yang sepertinya sedang membeli sesuatu “nizar , mereka sedang
apa” “jajan” jawabnya singkat “oh , emang itu apa?” “kayaknya baso tahu , kamu
mau?” wajahku jadi sumringah , bagaimana tidak aku sangat menyukai makanan khas
Indonesia yang satu itu “mau mau” “yasudah , tunggu yah .. biar aku yang beli
kesana” aku emngangguk . Nizar mentraktirku . Lagi
Nizar adalah sandaranku disaat aku
berada dalam titik terlemahku , terkadang saat ia mencoba menguatkanku ia pun
ikut menangis karena merasakan penderitaanku. Nizar sangat pintar bernyanyi ,
dia menyukai Bruno Mars dan Super Junior. Setiap malam dia akan menyanyikan
sebuah lagu untukku. Dan lagu yang paling aku sukai darinya adalah Marry You dari Bruno Mars. Dia adalah
pria tersabar yang menghadapi sikap kekanak-kanakanku , tak jarang aku
meninggalkannya tidur disaat kami masih telponan atau tak jarang aku
melampiaskan kemarahanku padanya disaat aku merasa sedang prustasi dan butuh
pelampiasaan.
Hubungan kami bukannya tanpa cobaan
,saat akan menginjak bulan ke-4 dia selalu mengungkapkan kecemburuannya saat
aku dekat degan Lingga “mil , padahal disana ada aku tapi kenapa kamu berbicara
dekat dengan lingga dan membujuknya masuk. Kenapa bukan aku?” “aku tidak tahu
kamu ada disana, lagi pula jika bel masuk sudah berbunyi seharusnya kau juga
sudah berada dikelaskan”. Aku tahu mungkin dia sedikit sakit hati atau mungkin
lebih tapi aku tidak sepenuhnya salah karena aku benar-benar tidak melihatnya.
Yang aku lihat saat itu hanya lingga itupun karena lingga menawariku minuman
kesukaanku.
Kecemburuan-Nya semakin memuncak
saat Nizar melihatku bermain badminton dengan Dendi saat sedang istirahat.
Dendi adalah teman sengkatannya yang juga satu pergu-C denganku di Marching
Band kami memegang alat yang sama jadi wajar jika kami dekat. “kamu tidak
memikirkan perasaanku yah! Lagi-lagi kamu lebih asik dengan orang lain padahal
disana ada aku” “kau dimana ? aku tidak melihat kamu Nizar , lagi pula aku dan
dia hanya teman bisa” “terserahlah” “aku minta maaf jika kamu cemburu” . akhir-akhir ini sepertinya aku sering
meminta maaf padanya . apa karena aku kurang perhatian atau karena Nizar yang
terlalu overprotektip . Namun aku tidak ingin menuntut banyak karena aku sangat
menyukai Nizam dan aku tidak ingin kehilangannya.
Ujian Nasional sudah selesai
dilaksanakan , jadi kami hanya tinggal menunggu kelulusan dan berlatih vokal
untuk acara perpisahan nanti. Namun bukan kebahagiaan yang aku dapatkan setelah
menerima kelulusanku. Sebuah kenyataan pahit harus aku terima tat kala ayahku
mengungkapkan bahwa ia tidak sanggup untuk membiayayiku masuk SMA. Aku sering
menangis dan mengurung diri dikamar . aku memikirkan bagaimana masa depanku
jika aku tidak melanjutkan sekolahku? Lalu bagaimana dengan Nizar , aku
merindukannya disaat seperti ini biasanya dia akan menyemangatiku dan menghiburku
namun aku takut jika Nizar akan malu. Aku takut Nizar malu memiliki kekasih
yang tidak melanjutkan sekolahnya. Aku takut jika Nizar diejek oleh
teman-temannya karena memiliki kekasih yang tidak melanjutkan sekolahnya. Dan
yang paling aku takuti adalah Nizar akan meninggalkanku.
Setelah beberapa minggu aku tidak
kesekolah , saat itu aku putuskan untuk menemui Nizar dan mengungkapkan
semuanya. “Nizar , ayo kita akhiri ini” “apanya yang diakhiri?” Nizar
memiringkan kepalanya mungkin pikirannya menerawang apa yang akan aku katakan
padanya “aku sudah tidak mencintaimu jadi kita akhiri saja hubungan ini.
Bukankah kamu pernah bilang jika sebuah hubungan tidak akan bertahan jika salah
satu dari mereka tidak mencintai yang lainnya” Nizar membulatkan matanya dan
mulai berkaca-kaca “Mila , jangan main-main dengan kalimat itu!” “aku sudah
tidak mencintaimu jadi untuk apa ini dilanjutkan?” “bukankah kau berjanji tidak
akan memutuskanku mil? Hubungan ini , bukankah kita saling berjanji untuk terus
menjaganya” pada akhirnya Nizar tidak bisa lagi membendung air matanya “itu
hanya omong kosong” “jadi kita benar-benar sudah berakhir?” “ya , aku dan kamu”
“sungguh mil , aku tidak pernah sesakit ini diputuskan oleh wanita yang sangat
aku cintai. Aku bahkan tidak mempercayai ini” “lupakan saja semuanya! Kita
masih remaja!” .
Hari itu aku putuskan untuk
mengakhrii hubungan asmara kami. Hampir menginjak 5 bulan. Bohong jika aku
mengatakan kalau aku tidak apa-apa. Keesokan harinya aku kembali kesekolah ,
aku berpapasan dengannya saat kami berjalan dilapangan. Bisa kulihat mata
sembabnya karena menangis terlalu lama. Dia tetap saja menjadi pria yang mudah
tersentuh dan mudah menangis. Nizar memalingkan wajahnya seolah benci dan tidak
ingin melihatku. Hatiku bagai dihujam ribuah panah saat Nizar seperti itu ,
sungguh ini juga bukan hal baik untukku namun aku tidak ingin Nizar tahu kekuranganku.
Aku tidak ingin Nizar malu. Apa aku wanita yang jahat ? Apa aku tidak memiliki
perasaan ? tidak ! itu tidak benar !!
Acara perpisahan tiba , sudah
kuputuskan untuk tidak datang kesana dan membiarkan ayahku untuk pergi keacara
itu sendirian. Alasan terbesarku adalah karena aku tidak ingin melihat Nizar
didetik-detik kepergianku. Detik-detik dimana aku melepas seragam putih biruku.
Ayah ku pulang membawa rapotku dan sebuah piala bertuliskan peringkat 1 disana.
Aku peringkat satu lagi , apakah Nizar melihatnya? Apakah dia bangga padaku?
Kenyataan ini semakin membuatku sesak.
Cinta pertamaku harus berakhir. Dan
itu bukanlah akhir yang baik! Bagaikan daun kuning keemasan di musim gugur. Aku
yang merawat dan menjaga daun-ku agar tetap hijau dan memberikan segalanya agar
daun-ku memiliki warna yang indah pada akhirnya aku harus menjatuhkan daun itu
saat musim gugur tiba. Ini sepeti aku yang menjaganya dan aku yang membungnya.
Bukan karena aku ingin daun itu jatuh tapi karena musim gugur tiba daun kuning
keemasan itu harus aku jatuhkan demi kebaikannya. Setidak nya dia tidak akan
menderita terlalu lama menahan angin yang selalu mencoba untuk menjatuhkannya.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar